Langsung ke konten utama

Makna Filosofis di Balik Warna yang Tidak Disukai Nabi Muhammad SAW

 Walaupun seringkali diabaikan, warna dapat memiliki makna filosofis yang dalam dan dapat mengungkapkan sesuatu tentang kepribadian seseorang atau bahkan suatu agama. Dalam Islam, warna juga memiliki makna penting dan bahkan Nabi Muhammad SAW memiliki warna yang tidak disukai.

Gambar oleh Elisa dari Pixabay


Menurut riwayat, Nabi Muhammad SAW tidak menyukai warna merah karena warna tersebut dikaitkan dengan kekuasaan dan kekayaan. Selain itu, warna merah juga dikaitkan dengan darah dan kekerasan, yang bertentangan dengan ajaran Islam yang menekankan pada kedamaian dan kasih sayang.


Namun, bukan hanya warna merah yang tidak disukai Nabi Muhammad SAW. Riwayat juga menyebutkan bahwa Nabi tidak menyukai warna kuning terang, hijau tua, dan biru tua. Warna-warna ini dikaitkan dengan keangkuhan, kedegilan, dan kesombongan, yang bertentangan dengan sifat lembut dan rendah hati yang dianjurkan dalam Islam.


Dalam Islam, warna yang dianggap baik adalah warna putih karena melambangkan kesucian, kebersihan, dan ketulusan hati. Warna hitam juga dianggap baik karena melambangkan kekuatan, ketegasan, dan ketabahan. Namun, bukan berarti warna lain di luar putih dan hitam dianggap buruk atau diharamkan dalam Islam.


Dalam konteks filosofis, warna dapat merepresentasikan konsep-konsep seperti emosi, kepribadian, atau bahkan kekuasaan. Oleh karena itu, pemilihan warna dalam berbagai hal seperti pakaian, dekorasi, atau branding dapat memiliki makna yang mendalam dan mengungkapkan identitas seseorang atau suatu organisasi.


Dalam konteks agama, warna juga dapat memiliki makna dan simbolisme yang penting. Karena itu, memahami makna dan simbolisme warna dalam agama tertentu dapat membantu kita memahami ajaran dan nilai-nilai yang dianut oleh agama tersebut.


Dalam Islam, selain menghindari warna yang tidak disukai Nabi Muhammad SAW, ada juga tradisi mengenakan pakaian berwarna putih saat berhaji atau umrah. Hal ini dikaitkan dengan kesucian dan kesederhanaan, serta mengingatkan umat Islam untuk fokus pada ibadah dan menjauhi kesombongan.


Dalam kesimpulan, warna dapat memiliki makna filosofis dan simbolisme penting dalam Islam. Warna yang tidak disukai Nabi Muhammad SAW dapat mengungkapkan nilai-nilai yang dianut dalam ajaran Islam, seperti kedamaian, kasih sayang, dan rendah hati. Oleh karena itu, memahami makna warna dalam konteks agama dapat membantu kita memahami ajaran dan nilai-nilai suatu agama secara lebih mendalam.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

9 Situs pemerintahan aceh diretas

Beberapa situs pemerintahan aceh hari ini (18/05/2016) diretas, berikut adalah situs-situs pemerintahan yang diretas. humas.acehprov.go.id bappeda.sabangkota.go.id komisiinformasi.acehprov.go.id dkp.acehprov.go.id arpus.acehprov.go.id seuramoe.acehprov.go.id mpd.acehprov.go.id baitulmal.acehtenggarakab.go.id dpka.acehprov.go.id rata-rata situs yang diretas menggunakan cms wordpress. initial pelaku (peretas) adalah RxR. entah apa motifnya [informasi pelaku] twitter --> @rxrhackerr Id zone-h --> 24290465

Selingan (jangan menuduh & mengintimidasi)

Seorang isteri kehilangan beberapa helai celana dalamnya yang mahal. Dengan ngotot ia menuduh & mengintimidasi pembantu yang mencurinya. Memelas, menangis dan bersumpah, pembantunya menyatakan bahwa dia tidak mengambilnya. Namun si ibu tetap ngotot dan mendesak. Merasa kepepet dan putus asa, dia berkata: "Bu tolong panggilkan Bapak ke sini!" Sang isteri makin murka: "Apa urusannya dengan Bapak?" Mendengar ribut ribut dan tangis, sang suami muncul. "Ada apa?" tanya suami Dengan nekad sang pembantu berkata: "Ibu kehilangan celana dalam. Saya sudah bersumpah tidak tahu apa apa, tapi Ibu terus mendesak. Tolong Bapak bersedia jadi saksi. Bapak kan tahu kalau saya tak pernah memakai celana dalam.........." Serius amat sih bacanya...mungkin pengalaman pribadi ya... Sumber : BC WA Teman