Langsung ke konten utama

Ya Allah Aku Sibuk

Ya Allah Aku Sibuk

Ya Allah, maaf aku sibuk.
Aku memang takut neraka, tetapi aku kesulitan mencari waktu untuk mengerjakan amalan yang dapat menjauhkanku dari neraka-Mu.
Aku memang berharap surga, tapi aku hampir tak punya waktu untuk mencari bekal menuju surga-Mu

Hari ini, berapa jam yang kita gunakan untuk mengingat Allah?
Berapa penghasilan atau uang jajan yang kita gunakan untuk sedekah?
Tak sadar di hadapan Allah seolah-olah kita adalah orang yang tersibuk.
Padahal, seluruh hidup kita seharusnya kita persembahkan hanya untuk mengabdi kepada-Nya. “Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepadaku” (Q.S Adz-Dzariyat :56)

Setiap sholat, kita mengucapkan
“Innasholatii wa nusukii wa mahyaya wa mamaatii lillahirabbil’alamiin” yang artinya “Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku, matiku, hanya milik Allah, Tuhan semesta alam”. Tetapi, kelakuan kita justru mengingkarinya.

Setiap kali HP berdering, kita selalu bergegas menghampirinya.
Tapi, kala adzan berkumandang untuk menyeru umat muslim melaksakan shalat, dengan berani kita menundanya.
Allah Maha Adil, tetapi kenapa kita tidak adil terhadap-Nya?
Masih pantaskah kita berharap surga?

Saudaraku, dengarlah ketika panggilan Allah dikumandangkan muadzin.
Seolah Allah berkata, wahai hamba-Ku, berhentilah dari rutinitas kerjamu.
Istirahatlah sejenak dari kesibukanmu.
Shalatlah dan sambutlah kemenangan.
Shalat dan raihlah kesuksesan.

Setiap orang mengaku takut dengan neraka, tetapi kelakuan-kelakuan mereka seolah meminta untuk dimasukkan ke neraka.
Setiap orang mengaku ingin masuk surga, namun kelakuan-kelakuannya justru menjauhkan dirinya dengan surga.
Betapa banyak orang yang masih hidup dalam kelalaian, sedangkan kain kafannya sedang ditenun. “Semua umatku akan masuk surga kecuali yang enggan memasukinya. Siapa yang mentaatiku akan memasuki surga, dan siapa yang mendurhakaiku maka dialah yang enggan masuk surga” (H.R Bukhari). Teguhkanlah hati ini..

Semoga renungan ini bermanfaat

Komentar

Postingan populer dari blog ini

KISAH SEDERHANA DALAM MENGHADAPI HIDUP

Muhasabah Diri oleh Ustadz Subhan Bawazier Harta kita sebenarnya adalah apa yang kita berikan, bukan apa yang kita simpan untuk diri sendiri. Ketika kita meninggalkan dunia ini, harta itu akan menjadi milik ahli waris dan tidak lagi bermanfaat bagi kita yang telah meninggal. Padahal, seumur hidup kita telah bekerja keras untuk mengumpulkan harta tersebut. Namun, pada saat kematian, kita tidak membawa apapun kecuali selembar kain kafan yang diikat dengan tali. Kita tidak membawa uang atau kartu nama penting untuk membantu kita di akhirat. Bahkan tidak ada hijab syari yang modis yang bisa dipakai, hanya Pocong yang menjadi pakaian terakhir kita. Meskipun kita memiliki banyak harta seperti pakaian, tanah, rumah, deposito, atau mobil mewah, semua itu tidak bisa dibawa ke dalam kubur. Semua itu ditinggalkan dan tidak memiliki arti di akhirat. Karena itu, marilah kita bersama-sama mengumpulkan harta kita pada BANK SEMESTA ALAM milik Allah Subhanallahu Wa Ta'ala, yaitu dengan melakukan am...

Selingan (jangan menuduh & mengintimidasi)

Seorang isteri kehilangan beberapa helai celana dalamnya yang mahal. Dengan ngotot ia menuduh & mengintimidasi pembantu yang mencurinya. Memelas, menangis dan bersumpah, pembantunya menyatakan bahwa dia tidak mengambilnya. Namun si ibu tetap ngotot dan mendesak. Merasa kepepet dan putus asa, dia berkata: "Bu tolong panggilkan Bapak ke sini!" Sang isteri makin murka: "Apa urusannya dengan Bapak?" Mendengar ribut ribut dan tangis, sang suami muncul. "Ada apa?" tanya suami Dengan nekad sang pembantu berkata: "Ibu kehilangan celana dalam. Saya sudah bersumpah tidak tahu apa apa, tapi Ibu terus mendesak. Tolong Bapak bersedia jadi saksi. Bapak kan tahu kalau saya tak pernah memakai celana dalam.........." Serius amat sih bacanya...mungkin pengalaman pribadi ya... Sumber : BC WA Teman